Updating Results

Bijak Ber-Social Media Di Dunia Kerja: Hindari Oversharing!

Alta Windiana

Careers Commentator
Bagi fresh graduate atau para magang-ers, memasuki dunia kerja tuh exciting! Seru nih, kalo ngonten di kantor dan upload di sosmed. Eits, Tunggu dulu!

Saat diterima bekerja atau magang di perusahaan idaman, pasti terasa membanggakan. Kamu pun ‘gatal’ untuk membuat konten tentang kantor atau pekerjaan barumu yang menurutmu keren banget. Bisa berupa foto atau story di Instagram dan Whatsapp, status di Twitter, hingga video TikTok. Sudah kebayang banyaknya likes dan comments yang bakal membanjiri akunmu.

Tapi yang perlu diingat, tidak semua hal boleh di-share di media sosialmu, apalagi menyangkut perusahaan tempatmu bekerja. Bahkan, sedikit saja salah langkah dalam meng-upload sesuatu, bisa mengancam masa depan karirmu. Gawat kan?

Oversharing tuh apa sih?

Berasal dari kata dasar ‘overshare’, yang berarti membagikan terlalu banyak informasi kepada orang lain, dalam hal ini, melalui social media. Informasi yang dimaksud bisa berupa foto, video, atau segala cerita mengenai kegiatan sehari-harimu.

Tidak bisa didebat, bahwa media sosial telah menjadi bagian besar dari keseharian, bahkan kehidupan kita. Dari situ kita bisa terus terkoneksi dengan keluarga, teman, bahkan selebriti atau orang-orang yang kita kagumi. Arus informasi pun bergerak bebas, karena semua orang bisa saling berbagi.

Namun, bila dimanfaatkan dengan kurang bijaksana, efeknya pun bisa berbalik berdampak negatif pada dirimu. Salah satunya, perilaku oversharing yang bisa mengancam masa depan dan keselamatanmu sendiri.

Dengan membagikan terlalu banyak info yang seharusnya menjadi privasimu, detail-detail kehidupanmu pun akan diketahui orang banyak. Bukan hanya teman atau followers-mu, karena sekali informasi di-posting melalui media sosial, ada kemungkinan akan tersebar ke platform lain secara luas dan bisa dilihat oleh semua pengguna internet.

Contoh oversharing di social media yang umumnya sering kita temui (dan tidak seharusnya dilakukan), antara lain:

  • Posting foto berisi data pribadi (seperti KTP, paspor, credit card, boarding pass, atau dokumen yang berisi data diri lainnya.)
  • Posting foto anak di bawah umur secara berlebihan, yang dapat membahayakan keselamatannya
  • Selalu meng-update status berisi lokasi di mana dirimu berada, setiap saat.
  • Posting hal-hal berisi status finansial pribadi. Baru gajian? Dapat bonus? Warisan? Menang undian? Pinjaman dari bank? Kamu pun bisa menjadi sasaran empuk orang-orang tak bertanggungjawab.
  • Dan yang akan kita bahas lebih lanjut di artikel ini, yaitu mem-posting hal-hal yang bisa dikategorikan sebagai rahasia perusahaan tempatmu bekerja.

Hal apa saja dari tempat kerjamu yang tidak boleh di-share di social media?

Pada dasarnya, kamu harus berhati-hati agar tidak membocorkan informasi penting dan rahasia dari perusahaanmu. Apa sajakah yang termasuk dalam kategori tersebut?

1. Rahasia perusahaan

Menurut UU No. 30  Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, rahasia perusahaan meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Istilahnya, ‘rahasia dapur’ perusahaanmu, yang bila dibocorkan akan dapat merugikan perusahaan atau disalahgunakan oleh kompetitornya.

2. Data pribadi konsumen atau nasabah

Bila kamu bekerja di perusahaan yang menjual produk atau jasa, berhati-hatilah untuk tidak men-share data pribadi pelangganmu tanpa persetujuannya. Bila diketahui oleh pihak yang bersangkutan sehingga ia merasa privasinya terganggu, bisa jadi ia akan menuntutmu berdasarkan hukum yang berlaku.

3. Data pribadi karyawan, atasan, atau klien perusahaan

Sama halnya dengan poin sebelumnya, karena pada dasarnya keamanan data-data pribadi seseorang dilindungi oleh undang-undang. Hindari mem-posting foto atau video yang memperlihatkan dokumen-dokumen apapun  berisi data personal rekan-rekan kerjamu.

4. Informasi menyangkut kasus atau konflik yang menimpa perusahaan

Hindari ‘curhat’ berlebihan di medsos mengenai permasalahan yang dialami kantormu, baik internal maupun eksternal.

Bila informasi tersebut kurang lengkap atau tidak berdasarkan pada fakta, maka akan menggiring opini penerimanya. Akibatnya, muncullah persepsi simpang siur yang akan berpengaruh pada perusahaan.

5. Rancangan project-project yang masih dalam taraf pengerjaan

Bila kamu terlibat dalam pengerjaan project-project besar yang akan diluncurkan di masa mendatang, tahan diri untuk tidak menceritakannya secara berlebihan di social media. Kebocoran mengenai hal ini bisa dimanfaatkan oleh kompetitor-kompetitor perusahaanmu.

6. Hal-hal lain yang diatur dalam kebijakan perusahaan masing-masing

Periksa kembali peraturan perusahaan yang menyangkut hal ini. Setiap perusahaan memiliki kebijakan-kebijakan yang berbeda. Cek juga kontrak kerjamu, apakah ada larangan-larangan khusus untuk menyebarluaskan informasi tertentu.

Selain informasi mengenai perusahaan, adakah konten lain yang bisa berpengaruh pada karirmu?

Ada, karena kini tak sedikit rekruter yang melakukan background check sampai ke akun media sosial pribadimu. Bila mereka menemukan hal-hal yang dinilai negatif atau tidak sesuai dengan kultur dan kebijakan perusahaan, bisa jadi mereka akan membatalkan kerjasama denganmu sebagai karyawan atau calon karyawan.

Jadi, mulai sekarang berpikirlah dua kali sebelum sharing hal-hal berikut:

  • Keluhan atau ‘omelan’ berlebihan mengenai tempatmu bekerja. Baik itu gaji yang menurutmu kurang, keseringan lembur, bos yang galak dan sejenisnya.
  • ‘Gatal’ untuk berkomentar panjang lebar akan isu-isu sensitif, baik yang menyangkut pandangan politik atau SARA. Apalagi dengan penuh emosi dan kata-kata kasar.
  • Posting video atau foto-foto yang masih dinilai melanggar norma sosial, seperti hal-hal yang berbau 18++ dan momen-momen intim bersama pasangan. Hati-hati juga dengan konten party-party semalam suntuk atau konsumsi alkohol secara berlebihan.
  • Posting hal-hal yang melanggar hukum (kalau ini sih bukan cuma jangan di-posting, tapi harusnya jangan dilakukan ya), misalnya seperti menyetir sambil mabuk, atau konsumsi obat-obatan terlarang.

Terus? Gimana dong cara aman biar gak oversharing?

Banyak kok, caranya. Sharing pengalamanmu di dunia kerja memang boleh banget, siapa tahu bisa menambah wawasan para mahasiswa yang akan magang atau baru lulus. Tapi sebelum menekan tombol ‘post’, kamu perlu melakukan hal-hal berikut:

1. Mengecek kebijakan atau hukum yang terkait dengan kontenmu

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pastikan konten yang akan kamu posting tidak melanggar kebijakan privasi perusahaan, atau orang lain. Kalau kamu masih ragu, bisa tanyakan ke seniormu atau orang-orang yang lebih berwenang dan berpengalaman.

2. Memilah kembali informasi yang akan dibagikan

Sebelum meng-upload sebuah konten ke social media, ada baiknya kamu menyimpannya dulu di folder gallery atau camera roll-mu. Teliti kembali, apakah ada informasi sensitif yang tidak sengaja terekam? Adakah hal-hal rahasia yang perlu di-‘sensor’?

3. Pikirkan kembali tujuanmu untuk sharing hal tersebut

Apakah untuk sekedar having fun, berbagi pengetahuan, berbagi pengalaman? Then go ahead, tapi tetap pastikan tidak melanggar aturan. Bila tujuanmu adalah pamer, mencari simpati atau sensasi, pikirkan ulang konsekuensi yang akan kamu terima.

4. Posisikan dirimu sebagai orang lain yang akan menerima informasi

Kita memang tidak bisa mengendalikan perasaan atau persepsi orang lain, tapi kita bisa sepenuhnya mengendalikan informasi yang akan kita sebarkan. Sebelum mem-posting, ingat kata-kata Socrates, “Is it true? Is it kind? Is it necessary?”

Cobalah untuk memposisikan dirimu sebagai salah satu followers-mu sendiri. Bila melihat kontenmu, apakah yang akan dirasakan? Pastikan postinganmu berdampak positif, bukan mengundang iri hati, kebencian, keresahan atau prasangka.

5. Buat dua akun social media terpisah

Pisahkan akun media sosial pribadi dan profesional, dan ubah setting-an sosmed pribadimu menjadi private untuk membatasi orang yang melihatnya.

Intinya, ber-social media itu bukannya dilarang, tapi ada etikanya

Bagi sebuah organisasi atau perusahaan, keberadaan social media memang sang
at membantu untuk menciptakan awareness dan membangun image yang diinginkan. Demikian pula bagi dirimu sebagai seorang individu, kamu bisa membangun sebuah ‘personal branding’ yang akan bermanfaat bagi kemajuan karirmu.

Oleh karena itu, pergunakan platform tersebut dengan bijak dan beretika. Pastikan konten-konten yang ter-display di dalamnya tidak akan membawa permasalahan di masa mendatang. Selalu hormati dan jaga rahasia atau privasi orang-orang di sekitarmu, juga perusahaan tempatmu bekerja.

Sesekali bikin konten tentang tempat kerjamu memang tidak ada salahnya, bila tujuannya untuk memotivasi atau memberi informasi, bukan cuma flexing belaka. Tapi ingat juga ya, aturan-aturan yang telah kita bahas di atas. Selamat bijak ber-social media!

Related articles you might be interested
Kamu Fresh Graduate Yang Baru Kerja, Tapi Harus WFH? Bagaimana Cara Adaptasinya?
Buat kamu Fresh Graduate yang langsung WFH saat pertama bekerja, pasti banyak tantangannya. Bukan cuma soal pekerjaan, j…
Serunya Menjadi Junior Creative di Advertising Agency
Untuk kalian fresh graduate yang ingin bekerja di advertising agency, bisa memulai karir dengan menjadi seorang junior c…
Survival Tips: Jadi Anak Baru di Kantor? Yuk Belajar Beradaptasi!
Hari pertama bekerja di sebuah kantor baru memang bikin nervous dan overthinking. Apalagi buat para fresh graduate.
Kamu Fresh Graduate Yang Baru Kerja, Tapi Harus WFH? Bagaimana Cara Adaptasinya?
Buat kamu Fresh Graduate yang langsung WFH saat pertama bekerja, pasti banyak tantangannya. Bukan cuma soal pekerjaan, j…
Serunya Menjadi Junior Creative di Advertising Agency
Untuk kalian fresh graduate yang ingin bekerja di advertising agency, bisa memulai karir dengan menjadi seorang junior c…
Survival Tips: Jadi Anak Baru di Kantor? Yuk Belajar Beradaptasi!
Hari pertama bekerja di sebuah kantor baru memang bikin nervous dan overthinking. Apalagi buat para fresh graduate.