Updating Results

Tantangan yang Umum Dihadapi Perempuan Saat Memulai Karir

Asa Citra

Careers Commentator
Siapkan diri Ladies, untuk menghadapi tantangan disaat perempuan memulai untuk berkarir. Yuq simak artikel ini untuk menambah kekuatan kamu!

Secara statistik, perbandingan jumlah perempuan dan laki-laki dalam dunia kerja memang tidak seimbang. Di Indonesia sendiri, partisipasi angkatan kerja laki-laki mencapai angka 83%, sementara perempuan hanyalah 54%. Hal tersebut bukanlah tanpa alasan.

Faktanya, memulai dan mengembangkan karir bagi kaum hawa secara umum akan jauh lebih menantang ketimbang bagi para pria. Ada berbagai hal yang harus dihadapi oleh wanita yang mana hal-hal tersebut jarang menjadi masalah bagi laki-laki. Oleh karenanya, kamu harus siap mental dan strategi jika ingin menjadi seorang wanita karir yang sukses.

Sebagai pedoman, berikut adalah beberapa hal yang harus diantisipasi oleh perempuan mulai dari saat proses rekrutmen, menjalankan pekerjaan, dan mengembangkan karir:

  • Diremehkan Kemampuannya

Seringkali perempuan dianggap tidak lebih hebat ketimbang laki-laki dalam berbagai hal di dunia kerja. Dalam budaya yang patriarkis, beberapa bidang industri bahkan dianggap maskulin dan tidak cocok untuk perempuan, misalnya pertambangan, IT, otomotif, dan teknologi mesin.

Kamu mungkin akan menghadapi kolega atau senior yang memiliki bias negatif terhadapmu. Bahkan, bisa juga ada yang terang-terangan memberikan komentar meremehkan. Secara umum, peluang perempuan untuk lolos seleksi rekrutmen atau promosi jabatan pun lebih rendah daripada laki-laki akibat faktor bias tersebut.

Solusinya:

Sebagai perempuan, kamu harus pintar me-manage diri untuk membuktikan kemampuanmu. Ambillah kesempatan dan tantangan yang sekiranya bisa menguntungkan bagi perjalanan karirmu. Jangan ragu untuk membela diri bila diremehkan, namun berhati-hatilah agar tidak terpancing secara emosional.

  • Gaji yang Lebih Kecil

Dalam acara Ring the Bell for Gender Equality pada 2019 silam, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa rata-rata perempuan menerima gaji 32% lebih rendah ketimbang laki-laki untuk jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang sama. Hal ini berakar tak jauh dari anggapan patriarkis yang menganggap laki-laki lebih kompeten ketimbang perempuan dalam bekerja.

Alasan lain adalah karena perempuan dianggap tidak perlu menghasilkan uang sebanyak laki-laki karena bukan tugas utama mereka mencari nafkah dalam keluarga. Padahal, pernyataan tersebut tidak ada hubungannya dengan pertimbangan perusahaan dalam menentukan besaran gaji karyawan.

Solusinya:

Pahamilah bahwa kualitasmu secara profesional dan performa kerja adalah yang menjadi dasar penentuan gaji. Saat negosiasi gaji di awal rekrutmen atau mengajukan kenaikan gaji, pastikan kamu tahu berapa angka yang sewajarnya perusahaan berikan pada karyawan lain. Jangan ragu untuk meminta angka yang lebih tinggi dari kolega pria jika memang kinerjamu lebih baik.

  • Pembagian Urusan Rumah Tangga yang Kadang Tidak Seimbang

Bila sudah berumah tangga, perempuan akan dihadapkan dengan kewajiban domestik dan pengasuhan anak. Padahal, sebenarnya kedua hal tersebut adalah sama-sama tugas suami dan istri. Namun pada kenyataannya, banyak juga suami yang beranggapan bahwa semua hal itu adalah tanggung jawab utama seorang istri/ibu.

Akibatnya, tak jarang perempuan kelimpungan dalam membagi waktu dan perhatiannya. Apalagi, tidak semua kantor menawarkan fleksibilitas cuti dan izin bagi karyawan untuk menjalankan urusan keluarga.

Solusinya:

Sebelum menikah, diskusikan dengan calon pasangan tentang peran dan pembagian tugas rumah tangga. Pastikan kamu menikah dengan laki-laki yang bertanggung jawab dan suportif. Pastikan juga untuk memilih perusahaan yang bisa memberimu sedikit kelonggaran saat diperlukan.

  •  Pelecehan Seksual

Meski menyedihkan, isu pelecehan seksual memang terkadang mengintai para perempuan di dunia kerja. Level pelecehan pun beragam, mulai dari catcalling, pelecehan verbal, intimidasi, hingga kekerasan seksual. Bahkan, terkadang perempuan diminta memberikan kompensasi seksual jika ingin mendapatkan pekerjaan atau kenaikan jabatan, meskipun orang tersebut sudah memenuhi kualifikasi.

Solusinya:

Banyak hal yang masih harus diperjuangkan untuk mencegah praktek pelecehan seksual. Namun, hal minimal yang bisa kamu usahakan adalah dengan tetap waspada. Pastikan ada orang yang bisa kamu hubungi sewaktu-waktu jika kamu merasa tidak aman.

Dan yang terpenting, beranilah untuk melawan bila ada orang yang melakukan hal buruk terhadapmu. Jika ada yang melakukan pelecehan, sekecil apapun itu, segeralah kumpulkan bukti dan laporkan ke pihak HR. Pelecehan seksual adalah kejahatan serius dan tidak boleh dibiarkan.

  • Stigma dan Gosip

Ada banyak stigma negatif yang menarget para wanita karir bahkan sejak pertama ia mencari pekerjaan. Perempuan juga cenderung lebih mudah diterpa gosip miring yang tidak mengenakkan hati. Semakin tinggi ambisimu dalam berkarir, akan semakin banyak kemungkinan komentar negatif yang terucap dari orang lain, baik itu yang langsung dikatakan kepadamu maupun yang beredar di sekitarmu.

Beberapa komentar yang paling umum terdengar antara lain:

  • Perempuan bekerja sulit mendapat jodoh
  • Perempuan tidak bisa jadi ibu/istri yang sempurna bila sibuk bekerja
  • Perempuan bisa sukses hanya karena penampilannya menarik
  • Perempuan seharusnya tetap di rumah jika ingin tetap aman

Solusinya:

Kamu harus menguatkan mentalmu agar tidak mudah terpengaruh oleh ucapan orang lain, terutama bila ucapan tersebut tidak sesuai fakta. Jika diperlukan, hadapilah orang yang berkomentar negatif tersebut dan konfrontasikan dengan cara yang anggun. Tetaplah fokus pada proses dan tujuanmu. Dan bila memungkinkan, berkawanlah dengan sesama perempuan bekerja untuk saling support.

  •  Diributkan Penampilannya

Sebagian besar laki-laki bekerja tidak terlalu memusingkan penampilan. Asalkan berkemeja dan celana rapi, tak akan ada masalah yang datang. Namun, bagi perempuan, urusan berpakaian akan lebih menantang.

Karyawan perempuan kadang dituntut untuk "berpenampilan menarik", terutama yang berhadapan langsung dengan klien. Sayangnya, terkadang pakaian yang menarik pun juga bisa ditangkap secara negatif. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli baju yang bagus, skincare, dan make up.

Solusinya:

Jangan terlalu pedulikan komentar orang tentang pakaianmu. Selama masih dalam batas wajar dan profesional, kamu berhak mengenakan apapun yang kamu rasa nyaman. Waspadalah terhadap resiko hutang konsumtif jika kamu terlalu banyak mengkhawatirkan penampilanmu. Ingat, penilaianmu di kantor tidak seharusnya dilandasi dari gaya pakaianmu, tapi lebih ke kualitas kinerjamu.

  •  Cuti Hamil

Berdasarkan undang-undang, cuti hamil memanglah hak bagi setiap karyawan perempuan yang melahirkan. Sayangnya, beberapa perusahaan dan karyawan tidak menyukai konsep ini dan menganggap perempuan tersebut sama dengan "makan gaji buta".

Lebih dari itu, terkadang ada perusahaan dan atasan yang tetap berusaha menuntut ibu hamil untuk mengurusi pekerjaan meski dari rumah. Misalnya adalah dengan diminta merespon email dan telepon, atau bahkan mengurus data tertentu. Ada juga kasus dimana karyawan yang baru kembali setelah cuti hamil tiba-tiba dipindah ke divisi lain yang kurang penting, atau tidak lagi diajak berpartisipasi pada proyek mayor. 

Solusinya:

Carilah perusahaan yang menghormati hak karyawan dan tidak berusaha mencuranginya. Kamu tidak perlu merasa tidak enak hati atau semacamnya karena mengambil cuti hamil karena memang kamu berhak mendapatkannya.

Saat akan cuti hamil, pastikan kamu sudah mendelegasikan semua tugas dan data agar kantor dapat berjalan lancar tanpa perlu mengganggumu. Jangan sungkan untuk menolak dengan lembut jika ada yang menghubungimu masalah pekerjaan selama cuti hamil. Setelah kembali bekerja nanti, bersikaplah proaktif untuk mengejar ketertinggalanmu. 

Poin-poin di atas mungkin terdengar agak mengerikan. Namun, belum tentu juga kamu akan mengalaminya. Faktanya, sebagian besar wanita bekerja masih merasa nyaman dengan kondisi pekerjaannya saat ini.

Seiring perkembangan jaman, semakin banyak pihak yang lantang memperjuangkan hak-hak perempuan, sehingga kamu bisa lebih banyak mendapat support. Dan tentunya, dengan persiapan yang matang, kamu bisa meminimalkan resiko tersebut di atas.

Jangan biarkan rasa takut menghalangimu untuk mengejar cita-cita dan impianmu karena kamu juga berhak menikmari hidup yang sukses dan gemilang.

Related articles you might be interested
Perlukah Melanjutkan Kuliah Hingga S2?
Setelah mendapatkan gelar S1, para fresh graduate dihadapkan dengan dua pilihan: untuk melanjutkan kuliah S2 atau langsu…
Lika-Liku Tentang Masa Probation Yang Wajib Kamu Ketahui
Masa probation atau masa percobaan adalah periode kerja selama waktu tertentu sebelum perusahaan resmi mengangkat karyaw…
Tips Wawancara Video
Mau Wawancara Video? Ini Dia Rahasia Suksesnya!
Perlukah Melanjutkan Kuliah Hingga S2?
Setelah mendapatkan gelar S1, para fresh graduate dihadapkan dengan dua pilihan: untuk melanjutkan kuliah S2 atau langsu…
Lika-Liku Tentang Masa Probation Yang Wajib Kamu Ketahui
Masa probation atau masa percobaan adalah periode kerja selama waktu tertentu sebelum perusahaan resmi mengangkat karyaw…
Tips Wawancara Video
Mau Wawancara Video? Ini Dia Rahasia Suksesnya!