Updating Results

Dasar Kesetaraan Gender di Dunia Kerja Yang Perlu Dipahami Para Fresh Graduate

Alta Windiana

Careers Commentator
Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam membangun karir. Bagaimana cara menghadapi tantangan diskriminasi yang sering terjadi?

Di dunia kerja, seringkali pekerja perempuan menghadapi sejumlah tantangan yang jarang atau tidak pernah dirasakan oleh laki-laki. Padahal, siapapun dirimu (termasuk apapun jenis kelaminmu), semua orang berhak untuk bekerja dengan nyaman dan mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang.

Itulah mengapa kesetaraan gender di dunia kerja penting untuk diperjuangkan. Kesetaraan yang dimaksud adalah semua pekerja harus menerima perlakuan yang adil, bebas dari diskriminasi berdasarkan identitas gender mereka.

Sebagai fresh graduate yang baru akan memasuki dunia kerja, ada baiknya kamu memahami isu kesetaraan gender ini. Agar dapat mengetahui hak-hak sebagai pekerja perempuan, dan untuk para laki-laki, agar dapat menciptakan ruang kerja yang nyaman bagi semua. 

Kenapa pekerja perempuan rentan menghadapi diskriminasi?

1. Konstruksi sosial

Hal ini tidak luput dari persepsi peranan gender yang telah tertanam lama di masyarakat, bahwa tugas utama seorang perempuan adalah merawat keluarga di rumah.

Puluhan tahun yang lalu, kaum perempuan dianggap belum siap untuk terjun ke dunia kerja, karena masyarakat masih menekankan peranan utama perempuan sebagai ibu rumah tangga. Bahkan ada anggapan bahwa anak perempuan tidak perlu bersekolah tinggi, karena hanya akan berakhir di dapur. 

Akhirnya, konstruksi sosial tersebut pun berpengaruh pada tingkat partisipasi kerja. Pria masih dianggap sebagai penyedia nafkah utama di sebuah keluarga. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani seperti yang dikutip CNBC Indonesia pada tahun 2019,  jumlah pekerja perempuan hanya 53% dari keseluruhan perempuan yang ada di usia kerja. Sedangkan pada pria, tingkat partisipasinya mencapai 83%. 

2. Anggapan bahwa perempuan = Lebih lemah & kurang produktif

Di masyarakat berkembang persepsi bahwa secara fisik, laki-laki lebih kuat daripada perempuan. Efek dari asumsi tersebut pun merembet hingga ke dunia kerja, di mana perempuan dianggap kurang produktif dan lebih sedikit berkontribusi dibanding pekerja laki-laki.

Apalagi dengan beban pengasuhan anak yang sering dilimpahkan ke pihak perempuan, sering ada diskriminasi terhadap pekerja perempuan yang sudah menikah atau punya anak. Kadang mereka dianggap sebagai ‘beban’ karena akan mengajukan cuti saat hamil (padahal memang sudah haknya), atau akan sering ijin untuk mengurus anak.

3. Munculnya persepsi ‘profesi feminin’ atau ‘pekerjaan perempuan’

Selain itu, bermunculan profesi-profesi yang identik sebagai ‘pekerjaan perempuan’. Ada stereotip terhadap pekerjaan tertentu yang bersifat ‘maskulin’ atau ‘feminin’.

Perempuan dianggap lebih cocok untuk melakukan pekerjaan domestik yang cenderung berupah rendah, contohnya seperti mencuci, membersihkan rumah atau mengasuh anak. Bahkan hingga kini, lebih banyak perempuan usia kerja, tepatnya 55%, berkecimpung di sektor informal dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Pekerja di sektor formal masih didominasi oleh laki-laki.

Apa saja bentuk kesetaraan gender di dunia kerja?

Meski sudah diatur dengan undang-undang dan banyak disuarakan oleh para aktivis, pelaksanaan bentuk-bentuk kesetaraan berikut ternyata masih banyak menghadapi tantangan:

1. Kesetaraan Upah

Hingga kini, masih terjadi kesenjangan upah di antara pegawai laki-laki dan perempuan, walaupun mereka memiliki kemampuan yang sama dan menduduki posisi yang setara di sebuah perusahaan.

Menurut data, upah yang diterima perempuan pun kini 23% lebih sedikit dibanding laki-laki. Padahal gaji yang diterima seorang karyawan seharusnya didasarkan pada kemampuan, pengalaman dan potensi yang dimilikinya.

2. Kesempatan yang sama untuk berkembang

Di dunia kerja, semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan karir. Mulai dari proses rekrutmen yang objektif, penempatan kerja sesuai kemampuan, kebebasan berpendapat, hingga kesempatan meniti jenjang karir untuk pada akhirnya memimpin sebuah tim atau divisi.

Sayangnya, masih banyak perusahaan yang ragu untuk menempatkan wanita pada posisi kepemimpinan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa persentase perempuan yang menduduki posisi manajerial hanya mencapai 33,08%.

3. Bekerja dengan aman dan nyaman

Lingkungan kerja yang aman dan nyaman adalah hak setiap pekerja. Namun bagi para pekerja perempuan, hal tersebut masih harus diperjuangkan.

Selain menghadapi diskriminasi, pelecehan seksual masih mengancam kenyamanan dan keselamatan mereka. Menurut survei Never Okay Project, 94% dari 1.204 responden pernah mengalami pelecehan di tempat kerjanya. 62,39% pelaku merupakan senior atau atasan mereka. Namun karena merasa khawatir akan respon yang diterima, 94% korban tidak melaporkannya ke HRD.

Kenapa kesetaraan gender itu penting?

Kultur kerja yang menganut kesetaraan tidak hanya menguntungkan salah satu gender, tapi juga seluruh perusahaan. Apa saja manfaatnya?

1. Menciptakan fleksibilitas  

Kebijakan akan kesetaraan cenderung menciptakan lingkungan kerja yang fleksibel dan minim stress. Perempuan yang telah menjadi seorang ibu paham benar betapa sulitnya menciptakan work-life balance antara karir dan keluarga.

Kebijakan perusahaan yang fleksibel (contohnya remote working, penyediaan izin cuti, atau memperbolehkan memompa ASI bagi para ibu menyusui saat bekerja) akan memudahkan para karyawannya untuk tetap produktif, sambil menyeimbangkan pekerjaan kantor dan kehidupan rumah. Dengan demikian, tingkat stress karyawan dapat diminimalisir. 

2. Memaksimalkan produktivitas

Dengan menciptakan ruang kerja yang aman dan nyaman, tentu para karyawan akan lebih termotivasi untuk bekerja dengan sepenuh hati.

Dalam lingkungan yang suportif dan saling menghargai, semua orang akan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, memaksimalkan kemampuan, sehingga akhirnya meningkatkan produktivitas perusahaan.

3. Mendorong kemampuan berinovasi

Keberagaman dalam lingkungan perusahaan akan memicu kreativitas, dan akhirnya mendorong kita untuk selalu berinovasi.

Accenture, sebuah konsultan bisnis, mengadakan riset Equality Drives Innovation di tahun 2019 yang melibatkan 18.000 responden dari 27 negara, termasuk Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kesetaraan gender adalah kunci penting dalam menggerakkan innovation mindset sebuah perusahaan.

Dengan menerapkan kesetaraan dan keberagaman, kemampuan pola pikir berinovasi suatu perusahaan dapat naik menjadi 6x lipat dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak menerapkan kedua faktor tersebut.

Apa saja hak-hak pekerja perempuan menurut undang-undang?

Untuk mendukung kesejahteraan perempuan dalam lingkungan kerja, pemerintah mengeluarkan UU No. 13 Tahun 2003 yang mengatur tentang:

  • Cuti Haid
  • Cuti hamil dan melahirkan (dalam RUU Ketahanan Keluarga, kini hak tersebut bertambah hingga 6 bulan)
  • Cuti keguguran
  • Fasilitas dan kesempatan untuk menyusui atau memompa ASI
  • Larangan mempekerjakan pekerja perempuan hamil pada kondisi berbahaya
  • Larangan PHK karena hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui
  • Ketentuan mempekerjakan pekerja perempuan di malam hari 
  • Perlindungan dari kekerasan berbasis gender
  • Mendapatkan pengakuan kompetensi kerja

Saatnya menciptakan ruang kerja yang nyaman untuk semua orang

Penerapan kesetaraan bukan hanya tugas kantor atau perusahaan, tapi semua yang berada di dalamnya. Laki-laki atau perempuan, semua berhak untuk dapat berkembang menurut kemampuan serta potensinya.

Mulai dari hal-hal terkecil, bahkan kita fresh graduate pun dapat membantu untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman, terutama bagi perempuan. Kaum perempuan sudah cukup lelah dengan segala stigma, persepsi, serta konstruksi sosial yang dibebankan pada mereka. Setidaknya, lingkungan kerja mereka kini bisa mulai menjadi sebuah ruang yang aman dan nyaman untuk berkarya.

 

 

Originally published on Prosple Indonesia

Related articles you might be interested
Tantangan yang Umum Dihadapi Perempuan Saat Memulai Karir
Siapkan diri Ladies, untuk menghadapi tantangan disaat perempuan memulai untuk berkarir. Yuq simak artikel ini untuk men…
Perlukah Melanjutkan Kuliah Hingga S2?
Setelah mendapatkan gelar S1, para fresh graduate dihadapkan dengan dua pilihan: untuk melanjutkan kuliah S2 atau langsu…
Kamu Fresh Graduate Yang Baru Kerja, Tapi Harus WFH? Bagaimana Cara Adaptasinya?
Buat kamu Fresh Graduate yang langsung WFH saat pertama bekerja, pasti banyak tantangannya. Bukan cuma soal pekerjaan, j…
Tantangan yang Umum Dihadapi Perempuan Saat Memulai Karir
Siapkan diri Ladies, untuk menghadapi tantangan disaat perempuan memulai untuk berkarir. Yuq simak artikel ini untuk men…
Perlukah Melanjutkan Kuliah Hingga S2?
Setelah mendapatkan gelar S1, para fresh graduate dihadapkan dengan dua pilihan: untuk melanjutkan kuliah S2 atau langsu…
Kamu Fresh Graduate Yang Baru Kerja, Tapi Harus WFH? Bagaimana Cara Adaptasinya?
Buat kamu Fresh Graduate yang langsung WFH saat pertama bekerja, pasti banyak tantangannya. Bukan cuma soal pekerjaan, j…